Selasa, 13 April 2010

KUNJUNGAN KERJA GUBERNUR JAWA TENGAH DI DESA BUNTU, KEJAJAR, KABUPATEN WONOSOBO


Wonosobo - Setelah kunjungan sebelumnya yang terkait dengan penanganan kasus galian C, penguatan kapasitas masyarakat desa hutan, program peternakan, peningkatan ekonomi masyarakat dan meninjau bencana alam tanah longsor di Desa Dieng serta Peringatan Hari Pers dan PWI Jawa Tengah. Kunjungan Gubernur Jateng H Bibit Waluyo kali ini terasa istimewa karena Gubernur bersama rombongan Muspida, Pemerintah Provinsi serta Perhutani Unit 1 Jawa Tengah berjumlah 40 orang menginap (mirunggan) di Desa Buntu.

Kunker ini dalam rangka Sarasehan “Menyelamatkan Hutan, Tanah dan Air Demi Kelestarian Lingkungan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”, Penanaman Massal dan Kampanye Gerakan menanam 1 Milyar Pohon, bersama Menteri Kehutanan RI Zulkifli Hasan.

Fokus kunjungan kali ini adalah konservasi di Kawasan Dieng dan penguatan ekonomi masyarakat. Dua isu yang relevan dengan konteks Program Pemulihan Dieng (PPD) di bawah kendali Tim kerja Pemulihan Dieng (TKPD) Kabupaten Wonosobo. Program ini meletakkan visi “mengembalikan fungsi lindung kawasan Dieng tanpa mengabaikan kepentingan ekonomi dan sosial budaya masyarakat”, dan secara kelembagaan berkoordinasi dengan Tim Pembina Penataan Kawasan Dieng (TPPKD) Provinsi Jawa Tengah.

                                      Agenda Kunker
Gubernur Jawa Tengah beserta rombongan sampai di Desa Buntu pada hari Selasa, 6 April 2010 sekitar jam 18.00, dan malamnya menghadiri sarasehan bertema “Menyelamatkan Hutan, Tanah dan Air Demi Kelestarian Lingkungan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”.

Bupati Wonosobo memaparkan catatan proses dan kemajuan upaya penyelamatan Kawasan Dieng, dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah memberikan laporan penyelenggaraan event dua hari ini. Sebelum sarasehan, diserahkan sharing bagi hasil senilai Rp 484.892.383,00. untuk 34 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) se-wilayah Perhutani KPH Kedu Selatan yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Wonosobo.

Peran Perhutani sendiri menyangkut pengembangan kemitraan pengelolaan hutan negara di kawasan hutan, yaitu penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Hutan dengan LMDH Desa Buntu, Kejajar serta penyerahan akte notaris kelembagaan LMDH Desa Kreo. Dua desa ini merupakan pilot project TKPD yang didukung oleh Partnership for Governance Reform (Kemitraan) dan Java Learning Center (JAVLEC); dua di antara LSM yang secara konsisten mendukung PPD sejak tahun 2007.

Selain mengadakan sarasehan dan mendengarkan pemaparan konsep Bupati Wonosobo terkait Desa Buntu sebagai “Desa Model Konservasi”, Gubernur beserta rombongan dan elemen masyarakat mengadakan penanaman massal sekitar 15.000-an bibit, Rabu (7/4). Penanaman dipusatkan di Desa Buntu dan diikuti oleh elemen masyarakat/ormas/LSM/TNI/Polri pada beberapa lokasi. Selain menanam, Gubernur juga menyaksikan pesta patok atau kontes ternak, dan pameran produk pertanian organik. Pesta patok menjadi tontonan unik sekaligus menarik karena di Kawasan Dieng khususnya Kejajar, Desa Buntu merupakan salah satu sentra ternak domba, dan melalui program TKPD akan dikembangkan menjadi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berbasis peternakan.

Selain inisiatif BUMDes dan kerjasama pengelolaan hutan dengan Perhutani, masyarakat Desa Buntu juga menyusun Rencana Pembangunan lima tahunan (PJMDes) partisipatif berbasis tata ruang serta mengembangkan pertanian terpadu sebagai praktek pertanian ramah lingkungan. Inisiatif di Desa Buntu dan Kreo ini akan menjadi model yang didorong dan diperluas dalam Roadmap Penyelamatan Kawasan Dieng 2010 - 2014, dan diintegrasikan dengan delapan pilar program lain-lain

Kunjungan ini bersamaan dengan Roadshow Menteri Kehutanan RI Zulkifli Hasan yang mengadakan roadshow gerakan “Menanam 1 Milyar Pohon” dari Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo dan Magelang.

Tagline program penanaman satu milyar pohon yang dicanangkan Presiden SBY beberapa waktu lalu ini juga senafas dengan beberapa program berbasis inisiatif pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten) yang sudah dilaksanakan dalam PPD4 sejak tahun 2008. Kunjungan Menteri Kehutanan ini juga menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk terus mendukung inisiatif konservasi yang sudah berjalan, seiring peningkatan peran sektor lain yang relevan dalam upaya “mengembalkan fungsi lindung kawasan Dieng tanpa mengabaikan kepentingan ekonomi dan sosial budaya masyarakat”. Dalam kaitan ini, patut dicatat juga peran PT Indonesia Power dan PT Geodipa Energi sebagai dua BUMN yang sudah menjalin kemitraan dalam penyelamatan kawasan Dieng. PT Indonesia Power, baik melalui kerjasama dengan Unit Pembangkit Mrikro maupun melalui skema tanggungjawab sosial perusahaan (CSR-corporate social responsibility) yang sedang menjajagi kemungkinan pengembangan BUMDes ternak Buntu sebagai model “trust fund” dan insentif bagi masyarakat pelaku konservasi.
 
Roadmap Penyelamatan Kawasan Dieng 2010-2014 TKPD Kabupaten Wonosobo sudah mendapat apresiasi dari Pemprov Jawa Tengah, dan direkomendasikan untuk diadopsi oleh lima kabupaten pemangku Kawasan Dieng (Banjarnegara, Temanggung, Batang, Kendal, Pekalongan). Secara ringkas, Roadmap mencakup 9 pilar, meliputi: 1) perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian dalam penataan ruang; 2) agroforestry dan pertanian ramah lingkungan; 3) penguatan ekonomi lokal; 4) peningkatan kualitas dan perbaikan daya dukung lingkungan; 5) peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat; 6) kebijakan dan kelembagaan; 7) pemeliharaan komitmen dan peningkatan dukungan; 8) pariwisata berbasis masyarakat menuju eco-culture tourism; dan 9) mitigasi bencana.
 
Sejak tahun 2008, beberapa inisiatif program berupa inrervensi vegetatif dan sipil teknis sudah berjalan, sebagian besar berlokasi di Kecamatan Kejajar. Sejak serial Gerakan Wonosobo Menanam yang sudah dilakukan tahun 2007-2008 serta beberapa program sektoral pemerintah, maka pada tahun 2010 ini, melalui Dana Alokasi Khusus Kehutanan (DAK) dan Penanangan Kawasan Lindung di Luar Kawasan hutan program akan diperluas pada beberapa lokasi di kecamatan lain di kawasan Dieng yakni Garung, Mojotengah dan Watumalang.
 
Diharapkan, geliat peran dari berbagai pihak juga memberi inspirasi dan motivasi bagi masyarakat kawasan Dieng untuk berpartisipasi memulihkan dan melestarikan lingkungan demi kelangsungan generasi mendatang.

2 komentar:

  1. untuk galian c di desa buntu,kejajar apakah tidak merusak sumber mata air di masa depan nya>?

    BalasHapus
  2. dengan menurunnya lapisan tanah dan pasir...
    yang berkelanjutan ..

    BalasHapus