Selasa, 13 April 2010

Kesiapan Jateng Hadapi ACFTA

Semarang  -  Berdasarkan pemetaan produk unggulan dari sejumlah komoditas yang berpotensi ekspor, posisi Jawa Tengah adalah basis manufaktur yang cukup penting di Indonesia, apalagi dilihat dari sisi kontribusinya kepada PDRB dan struktur komoditas ekspornya. Oleh karena itu, kesiapan Jawa Tengah untuk menghadapi ACFTA dapat pakai sebagai template, agar dunia usaha di Jateng bisa lebih mengerti lagi bagaimana posisi Indonesia menghadapi perdagangan bebas di kawasan ASEAN – China.
Hal itu ditegaskan Wakil Menteri Perdagangan RI, Mahendra Siregar dalam sambutannya pada acara Workshop yang berlangsung di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, Selasa (2/2). Workshop dengan tajuk “Kesiapan Jawa Tengah Dalam Menghadapi ACFTA”  diselenggarakan bekerjasama dengan Kadin Jateng dan dhadiri sekitar 120 peserta yang terdiri dari Pemda Kab/Kota se Jateng dan para eksportir dan importir di Jateng. 
Lebih lanjut Mahendara mengatakan bahwa kita bisa meyakinkan pihak perbankan untuk mensuport, dan mengajak mereka yang menyatakan dirinya siap dan memiliki otoritas untuk mengembangkan infrastruktur di suatu daerah. “Tetapi mereka tidak ada salahnya kalau menyampaikan program dan aksi ke depan, kita memahami perspektif yang melandasi proses adanya ACFTA,” ujar dia.
Dia mengatakan pula bahwa sudah tidak perlu untuk berpolemik setuju dan tidak setuju, yang penting ini harus dihadapi dan Jawa Tengah punya peluang untuk memenangkan persaingan. “Yang penting bagaimana melihat posisi Indonesia, khususnya posisi Jawa Tengah pada masing-masing industri dan komoditas perusahaan,” tambahnya.
Mahendara Siregar yang juga pernah menjadi Staf Ahli Menko Perekonomian, berharap agar perlu membangun satu komitmen untuk terus melakukan sinergi yang baik, antara Pemda dengan dunia usaha, dan Pemerintah Pusat (Kementerian Perdagangan) untuk terus mengawal apa yang menjadi prioritas langkah-langkah lebih lanjut dan apa yang menjadi program selama 6 bulan ke depan, baik yang ada di instansi Pemerintah, Kadin maupun asosiasi tertentu. 
Dia menandaskan bahwa sinergi yang dibangun bisa dalam konteks pembenahan, konteks pasar, perlindungan konsumen, promosi perdagangan, mengajak dan menyakinkan perbankan dan konteks memperbaiki infrastruktur. Selain itu juga meningkatkan kesiapan aparat untuk memberikan pelayanan yang prima.
Dia mengingatkan pula bahwa dilihat dari populasinya, penduduk China terbesar di dunia sekitar 1,8 milyar orang, produk domestik bruto menempati posisi 3 terbesar di dunia. Untuk itu, dia minta agar perlu kesiapan karena kesemua itu bisa terukur, apa yang menjadi target ke depan.
Sementara itu, Sekda Jateng, Drs. Hadi Prabowo, MM pada kesempatan itu mengatakan bahwa kegiatan Workshop diselenggarakan dalam rangka menyamakan persepsi dan rencana tindak ke depan dalam menyikapi keterbukaan perdagangan bebas di kawasan ASEAN – China (ACFTA) yang diberlakukan sejak 1 Januari 2010.
Terkait perkembangan ekspor Jateng ke China dalam kurun waktu 2004 – 2009 mengalami defisit, sehingga Pemprov Jateng berupaya melakukan berbagai kesiapan, antara lain melakukan pemetaan potensi usaha dan komoditas industri serta berbagai produk/sektor unggulan lain di wilayah Jateng yang bisa bersaing di pasaran bebas. 
Sekda Hadi Prabowo berharap, semoga kebijakan yang diberikan dalam menghadapi ACFTA dapat membawa berkah bagi masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar